Pemerintah Akan Larang Ekspor Konsentrat Tembaga Mulai 1 Januari 2025

Kementerian Perindustrian terus menguatkan hilirisasi dan meningkatkan daya saing industri tembaga dan timah di Indonesia. Seiring dengan hal tersebut, sektor tembaga dan timah memiliki peran yang penting dalam mendukung industri hilir seperti otomotif, elektronik, peralatan listrik, dan energi terbarukan. Kebijakan pemerintah yang melarang ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda mulai 1 Januari 2025 adalah langkah untuk mendorong hilirisasi lebih lanjut.

Menurut Dirjen ILMATE, potensi besar sektor tembaga dan timah perlu dioptimalkan untuk memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi ekonomi nasional. Oleh karena itu, Direktorat Industri Logam menyelenggarakan Copper and Tin Industry Forum 2024 di Jakarta. Forum ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari sektor industri tembaga dan timah, termasuk perwakilan pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, serta akademisi.

Setia mengungkapkan harapannya bahwa forum ini dapat menjadi wadah diskusi dan kolaborasi untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya tembaga dan timah di Indonesia serta memperkuat sektor hilir agar lebih berdaya saing di pasar global. Selain itu, Copper and Tin Industry Forum 2024 juga menjadi kesempatan bagi para produsen bahan baku tembaga dan timah untuk bertemu dengan industri pengguna seperti industri kabel listrik, peralatan listrik, dan otomotif.

Dengan mempertemukan sektor-sektor ini, diharapkan terbentuk sinergi yang optimal untuk memperkuat rantai pasok nasional, sekaligus membuka peluang investasi dan kolaborasi. Tantangan utama dalam industri tembaga dan timah adalah mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah. Saat ini, sebagian besar tembaga Indonesia diekspor dalam bentuk konsentrat dengan nilai tambah rendah.

Di sisi lain, timah masih banyak diekspor dalam bentuk logam mentah. Hilirisasi harus menjadi fokus utama untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti katoda tembaga, tin plate, dan produk hilir lainnya. Hal ini juga akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar internasional.

Kemenperin akan membentuk material center untuk tembaga dan timah yang diharapkan menjadi induk inovasi dan distribusi bahan baku yang terkoordinasi dengan baik untuk industri tembaga dan timah dalam negeri. Material center ini akan mendukung hilirisasi, mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, serta memperkuat efisiensi rantai pasok sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekspor produk bernilai tambah tinggi.

Sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission, Copper and Tin Industry Forum 2024 juga membahas penerapan prinsip ekonomi sirkular dan green industry di sektor tembaga dan timah. Penggunaan bahan baku daur ulang, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah menjadi isu utama dalam mencapai industri yang berkelanjutan.

Kemenperin memberikan apresiasi kepada seluruh peserta forum yang telah berpartisipasi aktif dalam diskusi yang konstruktif. Kami berharap forum ini dapat mendorong tindak lanjut berupa kolaborasi nyata antara produsen dan pengguna bahan baku tembaga dan timah, sehingga pemanfaatan bahan baku lokal dapat lebih dioptimalkan, serta industri pengguna dapat lebih berdaya saing baik di pasar domestik maupun global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *