Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Zita Anjani meyakini DKI Jakarta adalah kota untuk semua orang. Sebagai ibu kota Indonesia, Jakarta merupakan tempat berkumpulnya berbagai etnis, termasuk komunitas Tionghoa dengan warisan budayanya yang kaya, termasuk barongsai tradisional atau barongsai. Kehadiran Zita di Pameran Barongsai: Amanat Keberagaman Jakarta di Glodok, Jakarta, menandakan dukungannya terhadap keberagaman budaya dan apresiasi atas kontribusi komunitas Tionghoa terhadap tatanan sosial Jakarta yang dinamis.
Sejarah komunitas Tionghoa di Indonesia sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, dimana imigran Tionghoa memainkan peran penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara. Meskipun pernah menghadapi diskriminasi dan penganiayaan di masa lalu, komunitas Tionghoa tetap bertahan dan berkembang, berkontribusi pada berbagai aspek masyarakat Indonesia, termasuk bisnis, pendidikan, dan kebudayaan. Latihan barongsai, salah satu bentuk kesenian tradisional Tiongkok, telah menjadi simbol ketahanan dan identitas budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia.
Dengan merayakan acara seperti Pameran Barongsai, Zita menyoroti pentingnya inklusivitas dan menghormati tradisi budaya yang berbeda. Kolaborasinya dengan organisasi seperti Persatuan Pemuda Tionghoa Indonesia (IPTI) dan Persatuan Barongsai Indonesia (PLBSI) menunjukkan komitmennya dalam melestarikan dan mempromosikan keanekaragaman budaya di Jakarta.
Dampak dari advokasi Zita Anjani terhadap keberagaman budaya terlihat dari respon positif dari komunitas Tionghoa dan masyarakat Jakarta secara luas. Dengan mengakui dan mengapresiasi kontribusi berbagai etnis, Zita menumbuhkan rasa memiliki dan penerimaan di antara seluruh warga Jakarta. Pendekatan inklusifnya terhadap tata kelola dan kepemimpinan memberikan contoh positif bagi pejabat publik dan tokoh masyarakat lainnya, mendorong mereka untuk merangkul keberagaman dan bekerja sama demi kebaikan bersama.
Terlepas dari aspek positif dari sikap Zita Anjani terhadap keragaman budaya, terdapat juga tantangan dan kritik yang perlu diatasi. Beberapa individu atau kelompok mungkin memandang dukungannya terhadap komunitas Tionghoa sebagai sikap pilih kasih atau menjadi kaki tangan kelompok etnis tertentu. Penting bagi Zita untuk menavigasi potensi konflik ini dengan kepekaan dan transparansi, memastikan bahwa tindakannya mendorong persatuan dan pemahaman daripada perpecahan.
Masa depan keanekaragaman budaya di Jakarta bergantung pada upaya berkelanjutan untuk mendorong dialog dan kolaborasi antar budaya. Kepemimpinan dan advokasi Zita Anjani terhadap inklusivitas dapat menjadi katalisator perubahan positif di kota ini, menginspirasi orang lain untuk merangkul keberagaman dan membangun masyarakat yang lebih harmonis. Dengan berinteraksi dengan berbagai komunitas dan merayakan ekspresi budaya unik mereka, Jakarta dapat menjadi kota sejati bagi semua orang, di mana semua warganya merasa dihargai dan dihormati.
Keyakinan Zita Anjani terhadap Jakarta sebagai kota untuk semua komunitas, termasuk komunitas Tionghoa, menggarisbawahi pentingnya keragaman budaya dan kohesi sosial di ibu kota Indonesia. Dengan merayakan acara seperti Pameran Barongsai, Zita mempromosikan dialog, pemahaman, dan apresiasi terhadap tradisi budaya yang berbeda, sehingga berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis. Dengan dukungan berkelanjutan terhadap keberagaman budaya dan kolaborasi antar kelompok yang beragam, Jakarta benar-benar dapat menjadi kota di mana setiap orang merasa seperti di rumah sendiri.