Indonesia Berkomitmen Menggunakan Minyak Jelantah sebagai Bahan Bakar Aviasi

Pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, telah mengumumkan rencana ambisius untuk memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan bakar untuk industri aviasi di Indonesia. Hal ini merupakan langkah signifikan menuju penerbangan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dalam rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) di Indonesia, Luhut mengungkapkan bahwa sejumlah negara tetangga telah mengadopsi penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar alternatif untuk pesawat, termasuk Malaysia dan Singapura. Indonesia, dengan potensi stok minyak bekas yang cukup besar, berencana untuk mengikuti jejak ini.

Pertamina, perusahaan energi terkemuka di Indonesia, telah melakukan uji coba statis yang sukses terhadap SAF untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B. Keberhasilan ini membuktikan bahwa produk ini layak digunakan pada pesawat komersial, membuka jalan bagi penggunaan SAF secara lebih luas di sektor penerbangan Indonesia.

Selain manfaat lingkungan yang signifikan, penggunaan SAF juga diharapkan akan menciptakan nilai ekonomi yang besar. Perkiraan menunjukkan bahwa penjualan SAF, baik di tingkat domestik maupun ekspor, dapat mencapai keuntungan lebih dari Rp 12 triliun per tahunnya. Ini juga membuka peluang untuk investasi lebih lanjut dalam kilang biofuel baik dari sektor swasta maupun BUMN.

Luhut menyoroti urgensi mengurangi emisi karbon dalam industri penerbangan, mengingat proyeksi bahwa Indonesia akan menjadi pasar aviasi terbesar keempat di dunia dalam beberapa dekade ke depan. Dengan menggunakan SAF, emisi karbon dapat dikurangi hingga 80 persen selama siklus hidup bahan bakar, tergantung pada bahan baku dan metode produksinya.

Pada akhir pengumuman, Luhut menetapkan target untuk meluncurkan penggunaan SAF selambat-lambatnya pada Bali Air Show pada bulan September mendatang, setelah keluarnya Peraturan Presiden yang sesuai.

Tindakan ini bertepatan dengan usaha berskala internasional untuk mengurangi efek negatif terhadap lingkungan yang berasal dari sektor penerbangan. Maskapai penerbangan Cathay Pacific berbasis di Hong Kong, misalnya, telah melakukan langkah serupa dengan menandatangani kerja sama dengan State Power Investment Corporation (SPIC) untuk mendorong pengembangan rantai pasokan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF) di China daratan.

Pengumuman ini menandai komitmen Indonesia untuk mengurangi jejak karbonnya dan membuka jalan menuju industri penerbangan yang lebih berkelanjutan di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *